Peristiwa Subuh
Oleh: Chairul Akhmad
Kumandang panggilan Illahi di Masjid Jabalur Rahmah, Cirendeu, Tangerang Selatan itu belum usai. Waktu menunjukkan angka 04.40 WIB, sang muadzin baru saja melafadzkan “hayya alash shalah”, ketika tanggul Situ Gintung jebol tiba-tiba. Gemuruh air situ, yang tak jauh dari lokasi masjid, menghempas suara adzan dan menebar petaka di pembuka fajar. Saat itu kebanyakan warga masih asyik memagut mimpi dalam kehangatan selimut pagi. Akhirnya, oleh sebagian mereka mimpi itu dibawa menghadap Tuhan. Baik atau buruknya kembang tidur yang diketam tak lagi relevan, karena maut tak pernah permisi. Ia hadir di segala kondisi tanpa memberi kesempatan bersiap diri…..
Peristiwa Subuh
Oleh: Chairul Akhmad
Kumandang panggilan Illahi di Masjid Jabalur Rahmah, Cirendeu, Tangerang Selatan itu belum usai. Waktu menunjukkan angka 04.40 WIB, sang muadzin baru saja melafadzkan “hayya alash shalah”, ketika tanggul Situ Gintung jebol tiba-tiba. Gemuruh air situ, yang tak jauh dari lokasi masjid, menghempas suara adzan dan menebar petaka di pembuka fajar. Saat itu kebanyakan warga masih asyik memagut mimpi dalam kehangatan selimut pagi. Akhirnya, oleh sebagian mereka mimpi itu dibawa menghadap Tuhan. Baik atau buruknya kembang tidur yang diketam tak lagi relevan, karena maut tak pernah permisi. Ia hadir di segala kondisi tanpa memberi kesempatan bersiap diri.
Ketika air bah menghancurkan apapun yang menghalanginya, Sang Maha Besar menunjukkan sebuah “isyarat”. Masjid dan waktu Subuh adalah tempat dan saat ‘terindah’ untuk menemui-Nya. Namun kehangatan selimut membuat manusia kerap berpaling.
Masjid Jabalur Rahmah tetap kokoh terpancak tanah bagai tak tersentuh air. Memberi kesempatan bagi hamba yang hadir untuk bersua dengan Tuhannya. Menjadikan mereka golongan Mukmin yang beruntung karena memelihara shalatnya.
“Barangsiapa yang menunaikan shalat Subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah…” sabda Rasulullah Saw. (HR. Muslim, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Sayang, nikmat tidur lebih membuai manusia. Namun mereka yang berada di masjid Jabalur Rahmah saat itu, muadzin dan para warga yang telah terbangun yang akan menunaikan shalat Subuh, mereka semua diselamatkan oleh Allah.
Setelah petaka terjadi, kabar duka, bela sungkawa, juga bantuan lalu dihantarkan. Disertai lantunan doa pada Sang Pencipta. Sebentuk harap atas tragedi yang menimpa, pemenuhan “tugas” kemanusiawian terhadap sesama. Itulah cara terbijak menyikapi musibah atau bencana.
Kemudian debat tentang ‘peristiwa Subuh’ mengemuka, antara ujian dan cobaan dari-Nya. Sebagaimana kisah-kisah serupa di tempat dan waktu yang berbeda. Apapun yang orang kata, “isyarat” Subuh itu hendaknya dicerna, sebagai janji dan kemauan untuk berbenah dalam segalanya.
Semoga Allah SWT melapangkan jalan-Nya, menempatkan para korban di tempat yang layak, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan serta ketabahan.
Sumber: SABILI no. 20/ 23 April 2009